image from pexel

Twinkle-Twinkle (Bagian 1)

Sokola Sogan
3 min readMar 1, 2024

oleh: Andika Nugraha Firmansyah

Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are
Up above the world so high
Like a diamond in the sky

Bagian 1

Perkenalkan, saya Budi P.L., Budi Pekerti Luhur, biasa dipanggil Bud. Ijinkan saya mengajak kalian mundur sejenak, mengingat masa-masa sekolah yang berkesan itu.

Saya adalah siswa dengan ekonomi menengah dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Orang tua PNS golongan yang tidak mentereng. Yang gajinya dicukup-cukupkan untuk bertahan sebulan karena ada potongan angsuran ini dan itu.

Saya sempat bertanya-tanya kenapa bisa demikian. Ternyata kata Ibu, itu godaan PNS. Selalu jadi incaran marketing bank karena punya gaji tetap. Tapi apapun itu, toh uangnya untuk menghidupi kami sekeluarga. Dan selalu cari utangan saat mau masuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Mungkin ini agak berbeda dengan keadaan sekarang saat semua sekolah negeri sudah gratis spp-nya. Walaupun katanya masih ada biaya seragam, study tour, yearbook, infaq dan kawan-kawannya.

Saya tidak tahu apakah saya termasuk siswa yang berprestasi atau tidak. Saya memang tidak pernah mendapatkan piagam kejuaraan di sekolah. Atau mendapatkan peringkat lima besar di kelas. Mungkin karena saya terlalu keras kepala. Saya tidak mau nyontek, membawa catatan kecil saat ulangan atau ikut les ke guru.

Kadang ada pertanyaan yang muncul di kepala: “Kenapa jujur tidak dianggap prestasi di sekolah?” Sehingga mungkin ada sebuah penghargaan berupa piagam atau piala bergilir tahunan ‘Honest Student of The Year’ misalnya. Penghargaan itu diberikan saat upacara bendera oleh kepala sekolah dan diunggah di sosial media sekolah. Saya yakin dampaknya besar untuk penerimanya dan siswa lainnya.

Tapi tak apa. Itu kan cuma pikiran. Lagi pula saya sudah banyak belajar dari orang-orang sekitar saya, baik orang-orang yang lebih tua, teman sebaya atau adik kelas. Bahwa normal jika pikiran, ucapan dan perbuatan tidak sama.

Saat kecil saya termasuk sering memenangkan lomba. Seperti lomba makan kerupuk, balap kareung, memasukkan pensil dalam botol, membawa kelereng dengan sendok, ranking satu, hingga lomba adzan. Semuanya lomba diacara 17-an di kampung.

Saya tidak tahu apakah itu bisa dibilang prestasi atau bukan. Yang saya tahu, saat itu saya senang karena bisa mendapatkan hadiah. Orang tua saya juga senang saat saya beri tahu. Saya juga bisa nyambung dengan obrolan teman-teman saat pamer jumlah lomba yang dimenangkan. Saya juga merasa diri saya adalah seorang pemenang.

Walaupun sudah bisa mengalahkan orang lain di lomba-lomba itu, saya baru tahu kalau itu bukan prestasi. Karena tidak ada piagam penghargaan berstempel dinas pendidikan. Sehingga tidak bisa mendapat poin tambahan supaya bisa masuk ke sekolah favorit impian saya. Mungkin suatu saat saya akan minta Pak RT untuk membuat piagam pemenang lomba 17-an berstempel dinas pendidikan.

Mas Andika merupakan founder dan fasilitator di Sokola Sogan. Kalian dapat mengunjungi sosial medianya di instagram @andika_enef . Kalian juga bisa mengamati kegiatan kami di Sokola Sogan. Serta mendukung kami dengan membeli merchandise di Sogan Store. Terima Kasih.

--

--

Sokola Sogan
Sokola Sogan

Written by Sokola Sogan

Non Formal Education and Non Profit Organization, part of Omah Sinau Sogan Foundation. Pekalongan City, Indonesia.

No responses yet