Pict from Pexel

Gen Z dan Ritual-Ritual Melankolis

Sokola Sogan
4 min readJan 4, 2024

--

AS Jogawi

Mengenal Gen Z bawaannya ingin ngakak. Bagaimana tidak? Gen Z juga termasuk saya sendiri. Secara sikap, Gen Z, seperti saya ini, hobi banget ingin diperhatikan, ingin dimanja, ingin dipuk-puk, iuh banget pokoknya. Istilah bagi Gen Z yang imut banget juga sering disebut strawberry generation. Munculnya istilah tersebut dimulai dari negara Taiwan. Banyak anak muda di sana yang lunak seperti strawberry. Dilambangkan strawberry karena bentuknya lucu, indah, menarik dan gampang hancur atau bosok. Kadang warnanya itu lho bisa hijau, merah, kuning, ungu, putih, warna-warni, rupawan-rupawin mewarnai reformasi dunia digital.

Gen Z seperti saya, dalam aktifitas kehidupan sehari-hari suka banget dengan hal instan, gak mau ribet, gak mau susah-susahan, intinya kalau sulit sedikit saja melarikan diri. Iya, meskipun kesuksesan diraih dengan berjuang atau berusaha dulu, yang paling terpenting berusahanya bisa sambil rebahan. Memang Gen Z di zaman saya ini bisa dibilang kreatif, produktif, mudah bergaul mudah juga tersakiti. Sejalan dengan buku Prof. Rhenald Kasali (2018) Generasi Gen Z penuh dengan gagasan kreatif tetapi gampang menyerah dan gampang sakit hati.

Mungkin Prof. Rhenald gak tahu romantisme dalam sakit hati. Gen Z itu lho Prof, bisa bilang “kamu itu baik banget, kayanya gak pantes buat aku”. Terus dengan mudahnya putus. Rasaya itu lho dak dik duk dek dor, au bangetlah. Nyamannya disakiti, terus bisa nangis seharian sambil nyari quote pembelaan. Mungkin Prof. Renald sakit hati dulu biar pengetahuannya mandek seketika. Seperti Cak Nun pernah bilang,

“Sehebat apapun pengetahuanmu, dihadapan patah hati kau bukan apa-apa”.

Patah hati bagi kami Gen Z adalah sebuah alasan untuk bolos sekolah, bolos kuliyah, dan bolos kerja.

Orang tua saya kalau ngelihatin saya, cuma senyum-senyum doang sambil ngelus dada. Entah apa yang dirasakan. Kemungkinan besar, di zaman orang tua saya, cara ngomongin anak atau mendidik anak menggunakan istilah agama dan akademik dengan cara keras dianggap sebagai kewajaran. Katanya si, mendidik dengam cara yang keras bisa memberi efek jera sehingga tidak melakukan kesalahan lagi. Boro- boro jera, bagi kami cara ini keras dibatin, gak adil!

Membantah orang tua dibilang prank. Asyik aja dilahirkan menjadi Gen Z ini. Kadang suka beranggapan kalau didik atau dinasehati bilangnya disakiti.

Asyiknya lagi, ada peristiwa yang menimpa saya di sekolahan. Kasusnya begini, guru matematika menegur saya soalnya sering kali bolos mata pelajarannya. Singkat cerita, guru matematika itu menasehati saya. Tapi saya bantah. Keadaan menjadi panas-dingin. Kemudian guru matematika itu gak terima. Akhirnya membentak dan saya disuruh push up. Tapi saya gak maulah, gengsi. Pada akhirnya, saya pulang dan bilang sama orang tua.

Saya di sekolah begini-begitu, sambil ditambah bumbu dramatisir sedikit agar tambah percaya. Esok harinya orang tua saya kesekolahan sambil pasang muka geram dan membawa undang-undang perlindungan anak dihadapan kepala sekolah dan guru matematika. Pada akhirnya guru matematika itu out from school dengan berbagai pertimbangan, salah satunya mau dilaporkan ke polisi.

Iya, meskipun ini bisa dibilang fiksi, tapi banyak terjadi di dunia pendidikan.

Gen Z seperti saya ini memang banyak ide untuk mengarang cerita. Tetapi perlu diingat, saya begini memang akibat keseringan dimanja. Meskipun kami tau, kami ini kurang komunikasi, kurang perhatian, kurang diapresiasi, kurang direspon dan bahkan sering dibanding-bandingkan dengan anak sebelum generasi sebelum kami. Kalau dibilang kreatif atau inovatif, Gen Z seperti saya ini ahlinya. Sebab kreatif bagi saya adalah separuh nafas (biasa Gen Z suka berlebihan) yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam menggunakan media sosial. Pak Wijoyo dan teman-temannya (2020:37) mengatakan Gen Z lahir pada masa transisi perkembangan teknologi. Jadi, harap maklum kalau Gen Z seperti saya ini hanya sebagai jembatan atau penghubung masa lalu dengan masa depan. Oleh sebab itu, gampang tersakiti.

Hal yang terpenting bagi saya, Gen Z adalah popularitas. Berbagai cara atau jalan saya lewati dengan tekad untuk mencari sensasi dalam ruang media sosial. Realitas — tulisan, gambar, foto, video dapat dengan mudah diedit, difilter, dipotong, dan disimulasi sesuai imajinasi saya. Saya dan teman-teman Gen Z, selalu membuat sesak dan memenuhi ruang media sosial. Entah dengan joget-joget, berusaha rumit dan sulit, upload story aktifitas kehidupan sehari-hari, kalau memungkinkan pun aktifitas kematian sehari-hari bakali diupload story. Kadang muncul juga story sambil nangis, yang like dan komennya sampai ribuan. Bahkan ada juga yang jutaan.

Pantas saja hidup saya dan teman-teman Gen Z membawa slogan

hidup dan mati tergantung like dan comment.

Lebih baik gak makan dan minum daripada gak scroll viewrs, like, comment. Asyiknya lagi, ngapain cari yang ringan kalau masih ada yang berat.

29 Juni 2022 katadata.co.id juga ikut-ikut jadi Gen Z ikut memenuhi media sosial, katanya kebutuhan mencari popularitas menjadi penyebab generasi Z menjadi pengguna internet terbanyak. Menurut laporan survei Alvara Research Center dalam katadata.co.id pada 2022, pecandu internet atau addicted user paling banyak berasal dari kalangan generasi Z. Dalam survei ini, internet addicted user adalah orang yang menggunakan internet lebih dari 7 jam/hari. Responden dari kalangan generasi Z yang mengakses internet pada kisaran 7–10 jam/hari mencapai 20,9. Artinya, bagi saya, bahwa kehidupan yang diberikan Tuhan diambil alih oleh sang maha internet. Bisa jadi mungkin hari kiamat bakal diataur juga oleh jaringan internet.

Refrensi

Musyorafah, Hasyim, M, Faisal, A. (2023). Representasi Gaya Hidup Generasi Stroberi Pada Instagram. Jurnal Ilmiah Global Education.
Fauzi, I, F, Tarigan, N, F. (2023) Straberry Generasi: Ketrampilan Orang Tua Mendidik Generasi
Z. Jurnal Consulenza:Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi.
Kasali, Renald. (2018). Strawberry Generation, Mengubah Generasi Rapuh menjadi Generasi Tangguh.
Wijoyo, Hadion dkk. Generasi Z & Revolusi Industri 4.0. Banyumas: Pena Persada.2020. Publikasi Elektronik
Fajri, D. L.2021. Katadata.co.id. Pengertian Self Healing dan Cara Melakukannya”,https://katadata.co.id/safrezi/berita/6197460447a80/pengertian-self-healing-dan-cara- melakukannya. Diakses pada Minggu, 31 Desember 2023

--

--

Sokola Sogan
Sokola Sogan

Written by Sokola Sogan

Non Formal Education and Non Profit Organization, part of Omah Sinau Sogan Foundation. Pekalongan City, Indonesia.

No responses yet