Belajar Dari Pak Balia
Oleh: Indah Handayani
Suasana pagi yang cerah menyambut Ikal dan Arai di kota Paris. Mereka memandang gedung-gedung indah yang menjulang tinggi, penuh dengan impian dan harapan. Ikal dan Arai, pemuda asal Belitong, Indonesia, telah berhasil mewujudkan mimpinya untuk belajar di Sorbonne University. Hadirnya mereka di sini tak lepas dari peran gurunya di SMA Negeri Bukan Main.
“Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban….” Kata-kata Pak Balia telah dengan sukses memecut Arai, Ikal dan Jimbron. Sejak saat itu mereka mengukuhkan tekat untuk bersekolah di Sorbonne University.
Bagi beberapa dari kalian yang telah membaca novel “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata, pasti mengetahui perjalanan perjuangan Ikal dan Arai dalam meraih cita-cita mereka. Novel ini merupakan lanjutan dari tetralogi “Laskar Pelangi” yang telah sukses menggugah perasaan pembacanya. Di balik pahit, getir, dan serunya petualangan tokoh utama, terdapat satu sosok yang menurutku menarik untuk dijadikan bahan refleksi, yaitu Pak Balia, seorang guru sastra sekaligus kepala sekolah.
Tokoh Pak Balia harusnya menjadi panutan bagi guru. Mengapa?
Pertama, cerita diatas mengajak kita untuk memahami pentingnya keterampilan komunikasi bagi seorang guru. Cerita Pak Balia, seorang guru di SMA negeri yang berhasil memotivasi siswanya untuk bermimpi, menggarisbawahi bagaimana komunikasi yang efektif dapat membimbing siswa dalam mencapai mimpi dan potensi terbaik mereka. Selain itu komunikasi yang efektif juga merupakan kunci untuk membangun hubungan yang baik antara guru dan siswa. Daniels (2001) mengatakan bahwa keberhasilan setiap kegiatan di kelas sangat tergantung pada konstruksi komunikasi antara guru dan siswa maka sebagai seorang guru kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.
Kedua, penampilannya selalu prima karena ia sungguh-sungguh mencintai profesinya sebagai seorang guru. Ia adalah sosok yang memiliki kecintaan yang mendalam terhadap ilmu pengetahuan, dan yang lebih penting lagi, ia amat menghargai murid-muridnya. Ia tidak menganggap enteng representasi dirinya di depan kelas. Ia sadar bahwa sebagai seorang guru, ia merupakan pusat perhatian, center of universe, diantara murid-muridnya. Ia menyadari bahwa apa yang diajarkannya, yaitu sastra, adalah sumber segala keindahan. Oleh karena itu, ia dengan teliti mempertimbangkan setiap aspek dalam penampilannya.
Ketiga, kreativitasnya menjadi daya tarik utama dalam kelasnya. Pak Balia tidak hanya mengajar secara konvensional, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyampaikan materi dengan cara yang kreatif dan menarik. Dengan kepribadian yang kreatif, Pak Balia mampu menghidupkan materi pelajaran dengan cara yang unik dan menarik. Ia tidak hanya mengajarkan fakta dan teori, tetapi juga mendorong murid-muridnya untuk berpikir kritis, mengemukakan pendapat mereka sendiri, dan mengembangkan kreativitas mereka. Ia memberikan kesempatan kepada setiap murid untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga setiap individu merasa dihargai dan diperhatikan.
Keempat, dalam kelas Pak Balia, suasana belajar bukan hanya tentang mencapai target akademik, tetapi juga tentang pengembangan pribadi dan penemuan diri. Murid-muridnya merasa terinspirasi untuk mengeksplorasi potensi mereka, mengembangkan minat dan bakat mereka, serta menjadi individu yang lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Kelima, Ketegasan. Pak Balia adalah sosok yang tegas terhadap aturan. Ia tidak menerima segala bentuk kecurangan, seperti ketika Pak Mustar salah satu guru di sekolah tersebut ingin memasukkan anaknya yang mana nilai NEM anak tersebut dibawah batas minimil persyaratan. Pak Balia dengan tegas menolaknya meskipun ia anak seorang guru disekolah tersebut.
Melalui tokoh Pak Balia, kita diingatkan bahwa peran seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi pembimbing, motivator, dan sumber inspirasi bagi siswa. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam membantu siswa mencapai mimpi dan potensi terbaik mereka. Nah dari beberapa sikap Pak Balia diats adakah kamu diantaranya? Mari bercermin.
References:
Hirata. Andrea. (2006). Sang Pemimpi. Bentang.
Daniels, H. (2001). Vygotsky and pedagogy. Routledge
Mba Indah Handayani merupakan Kepala PKBM Sogan. Kalian dapat mengunjungi sosial medianya di instagram @indah_senja. Kalian juga bisa mengamati kegiatan kami di Sokola Sogan. Serta mendukung kami dengan membeli merchandise di Sogan Store. Terima Kasih.